Oleh:
Yudistira Abdi Pane
PANDANGAN ISLAM TERHADAP KEMISKINAN
BAB
I
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah klasik yang hampir bisa dikatakan akan tetap
menjadi sebuah kenyataan abadi dalam kehidupan manusia. Hal ini sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan
di berbagai keadaan hidup. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif
dan komparatif, sementara yang lainnya
melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut
ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya
digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin".
Kemiskinan, poverty merupakan suatu
permasalahan pembangunan yang terjadi di berbagai negara, khususnya
negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia dan negara-negara
terbelakang. Kondisi kemiskinan pada dasarnya merupakan suatu fenomena multi
dimensi, karena dipengaruhi beragam faktor. Berbagai upaya telah ditempuh
pemerintah Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan, namun hingga saat ini hasilnya
belum sesuai harapan. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Dalam pengertian yang lebih definitif,
Syekh An-Nabhani mengategorikan yang punya harta (uang), tetapi tak mencukupi
kebutuhan pembelanjaannya sebagai orang fakir. Sementara itu, orang miskin
adalah orang yang tak punya harta (uang), sekaligus tak punya penghasilan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah
ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari
segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah
yang telah mapan.
Islam memandang bahwa masalah kemiskinan adalah
masalah tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer secara menyeluruh.
Syariat Islam telah menentukan kebutuhan primer itu (yang menyangkut eksistensi
manusia) berupa tiga hal, yaitu sandang, pangan, dan papan.
BAB
II
B. Pembahasan
1. Pengertian Kemiskinan Secara Umum
Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam
memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak.. Kemiskinan merupakan
sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik
untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line)
atau batas kemiskinan (poverty threshold)[1].
Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu
untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per
hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan,
pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.
Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi
pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntunan non-material
yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau
tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kemiskinan asal mulanya datang dari sikap
berpikir yang melahirkan tindakan dan perbuatan miskin. Maka dapat diatasi
dengan jalan pendidikan, siapa yang harus mendidik, siapakah yang harus
memberikan penerangan atau penjelasan tentang bagaimana caranya menolong diri
sendiri keluar dari kemiskinan itu?
1)
sendiri, tentunya
2)
para ibu bapa atau orang tua
3)
para guru dan ulama
4)
para pemimpin bangsa.
2. Mengukur Kemiskinan
Kemiskinan Kemiskinan bisa
dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak
terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran
absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup
menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk
laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan Absolut sebagai hidup dg
pendapatan dibawah USD$1/hari
dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari,
dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengkonsumsi
kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari
$2/hari." Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan
ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001. Melihat pada
periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis
kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga
mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut[2].
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti
tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi
ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari
dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin.
Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau
kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang
dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya
disebut sebagainegara berkembang.
3. Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
a) penyebab individual, atau patologis, yang
melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari
si miskin;
b) penyebab keluarga, yang menghubungkan
kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
c) penyebab sub-budaya (subcultural),
yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau
dijalankan dalam lingkungan sekitar;
d) penyebab agensi, yang melihat kemiskinan
sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
e) penyebab struktural, yang memberikan
alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai
akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di
dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja
miskin; yaitu, orang yang tidak sejahteraatau rencana bantuan publik, namun masih gagal
melewati atas garis kemiskinan[3].
4. Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan
Cerita tentang masyarakat miskin selalu menciut dan
mencuat di media massa yang ada di negara kita, layaknya pasang surut sebuah
gelombang di lautan. Beritanya klise namun selalu aktual. Salah satunya di
bulan ini berita tentang kemiskinan telah “dimenangkan” oleh seorang ibu dari
Makassar. Ibu tersebut tengah hamil tujuh bulan yang mempunyai seorang anak,
berusia lima tahun, tamat riwayatnya karena kelaparan. Tentu saja masalah yang
paling mendasar adalah ekonomi.
Dapat kita lihat saat ini dari harga kebutuhan-kebutuhan pokok sehari-hari, seperti minyak goreng, minyak tanah, kedelai, terigu, telor, dan lain-lainnya melangkah naik dengan santai. Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok tersebut membuat masyarakat sulit untuk menjangkaunya dari hari ke hari.
Dapat kita lihat saat ini dari harga kebutuhan-kebutuhan pokok sehari-hari, seperti minyak goreng, minyak tanah, kedelai, terigu, telor, dan lain-lainnya melangkah naik dengan santai. Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok tersebut membuat masyarakat sulit untuk menjangkaunya dari hari ke hari.
Pemerintah dan semua lapisan masyarakat tentu tidak
menghendaki kemiskinan dalam hidupnya. Oleh karena itu pemerintah pun telah
berusaha meminimalisir angka kemiskinan dan masyarakat pun tengah bersusah
payah keluar dari bayang-bayang kemiskinan. Lantas, apa yang salah dengan
negara kita yang rakyatnya terus miskin? Harus kita akui bahwa kemiskinan
muncul bukan lantaran persoalan ekonomi saja, tapi karena persoalan semua bidang,
struktural, politik, sosial, dan kultural, dan bahkan pemahaman agama.
Kita pun tahu dampak dari adanya kemiskinan ini,
seperti kriminalitas, kekerasan dalam rumah tangga, perampokan, patologi, dan
lain sebagainya, di mana semua itu semakin hari semakin meningkat saja
intensitasnya di sekitar kita. Tak mudah seperti membalikkan telapak tangan
untuk mengatasi kemiskinan. Diperlukan semua segi, di antaranya ekonomi,
kesehatan, pendidikan, kebudayaan, teknologi, dan tentu saja, ketenagakerjaan.
Selain itu ada segi lain yang tak boleh kita lupakan juga dalam mengatasi
masalah ini, yaitu agama. Islam memberikan pesan-pesannya melalui dua pedoman,
yaitu Alquran dan Hadits. Melalui keduanya kita dapat mengetahui bagaimana agama
(Islam) memandang kemiskinan.
Alquran menggambarkan kemiskinan dengan 10 kosakata
yang berbeda, yaitu al-maskanat (kemiskinan), al-faqr (kefakiran), al-’ailat
(mengalami kekurangan), al-ba’sa (kesulitan hidup), al-imlaq (kekurangan
harta), al-sail (peminta), al-mahrum (tidak berdaya), al-qani (kekurangan dan
diam), al-mu’tarr (yang perlu dibantu) dan al-dha’if (lemah). Kesepuluh
kosakata di atas menyandarkan pada satu arti/makna yaitu kemiskinan dan
penanggulangannya. Islam menyadari bahwa dalam kehidupan masyarakat akan selalu
ada orang kaya dan orang miskin[4].
Hukum kaya dan miskin sesungguhnya adalah hukum universal yang berlaku bagi
semua manusia, apa pun keyakinannya. Karena itu tak ubahnya seperti kondisi
sakit, sehat, marah, sabar, pun sama dengan masalah spirit, semangat hidup,
disiplin, etos kerja, rendah dan mentalitas.
Kemiskinan adalah sumber kemunduran. Islam bahkan telah menjadikan
kemiskinan itu sebagai ancaman dari setan. Allah Swt. Berfirman
dalam surat Al Baqarah ayat 268.
ß`»sÜø¤±9$# ãNä.ßÏèt tø)xÿø9$# Nà2ããBù'tur Ïä!$t±ósxÿø9$$Î/ ( ª!$#ur Nä.ßÏèt ZotÏÿøó¨B çm÷ZÏiB WxôÒsùur 3 ª!$#ur ììźur ÒOÎ=tæ ÇËÏÑÈ
Artinya:
syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya
dan karunia dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.
Kemiskinan, menurut Islam, disebabkan oleh beberapa
faktor, di antaranya karena keterbatasan untuk berusaha (Q.S. Al-Baqarah/2:
273), penindasan (QS Al-Hasyr/59: 8), cobaan Tuhan (QS Al-An’am/6: 42), dan
pelanggaran terhadap hukum-hukum Tuhan (QS Al-Baqarah/2: 61). Namun, di negara
kita sesungguhnya faktor-faktor di atas sudah mulai dibenahi, walaupun ada yang
secara sungguh-sungguh maupun setengah-setengah.
Tentang keterbatasan berusaha Q.S. Al-Baqarah ; 273
Ïä!#ts)àÿù=Ï9 úïÏ%©!$# (#rãÅÁômé& Îû È@Î6y «!$# w cqãèÏÜtGó¡t $\/ö|Ê Îû ÄßöF{$# ÞOßgç7|¡øts ã@Ïd$yfø9$# uä!$uÏZøîr& ÆÏB É#ÿyèG9$# NßgèùÌ÷ès? öNßg»yJÅ¡Î/ w cqè=t«ó¡t Z$¨Y9$# $]ù$ysø9Î) 3 $tBur (#qà)ÏÿZè? ô`ÏB 9öyz cÎ*sù ©!$# ¾ÏmÎ/ íOÎ=tæ ÇËÐÌÈ
Artinya:
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka
mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka
dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara
mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah),
Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.
Tentang Penindasan QS Al-Hasyr, ayat 8
Ïä!#ts)àÿù=Ï9 tûïÌÉf»ygßJø9$# tûïÏ%©!$# (#qã_Ì÷zé& `ÏB öNÏdÌ»tÏ óOÎgÏ9ºuqøBr&ur tbqäótGö6t WxôÒsù z`ÏiB «!$# $ZRºuqôÊÍur tbrçÝÇZtur ©!$# ÿ¼ã&s!qßuur 4 Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqè%Ï»¢Á9$# ÇÑÈ
Artinya:
(juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari
karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka
menolong Allah dan RasulNya. mereka Itulah orang-orang yang benar.
Tentang cobaan Tuhan QS Al-An’am, ayat 42
ôs)s9ur !$uZù=yör& #n<Î) 5OtBé& `ÏiB y7Î=ö6s% Oßg»tRõs{r'sù Ïä!$yù't7ø9$$Î/ Ïä!#§Ø9$#ur öNßg¯=yès9 tbqãã§|ØtGt ÇÍËÈ
Artinya:
dan Sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang
sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan
kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan
diri.
Tentang
pelanggaran terhadap hukum-hukum Tuhan QS
Al-Baqarah, ayat 61.
øÎ)ur óOçFù=è% 4ÓyqßJ»t `s9 uÉ9óÁ¯R 4n?tã 5Q$yèsÛ 7Ïnºur äí÷$$sù $oYs9 /u ólÌøä $uZs9 $®ÿÊE àMÎ6.^è? ÞÚöF{$# .`ÏB $ygÎ=ø)t/ $ygͬ!$¨VÏ%ur $ygÏBqèùur $pkÅytãur $ygÎ=|Át/ur ( tA$s% cqä9Ïö7tGó¡n@r& Ï%©!$# uqèd 4oT÷r& Ï%©!$$Î/ uqèd îöyz 4 (#qäÜÎ7÷d$# #\óÁÏB ¨bÎ*sù Nà6s9 $¨B óOçFø9r'y 3 ôMt/ÎàÑur ÞOÎgøn=tæ ä'©!Éj9$# èpuZx6ó¡yJø9$#ur râä!$t/ur 5=ÒtóÎ/ ÆÏiB «!$# 3 y7Ï9ºs óOßg¯Rr'Î/ (#qçR%x. crãàÿõ3t ÏM»t$t«Î/ «!$# cqè=çGø)tur z`¿ÍhÎ;¨Y9$# ÎötóÎ/ Èd,yÛø9$# 3 y7Ï9ºs $oÿÏ3 (#q|Átã (#qçR$2¨r crßtF÷èt ÇÏÊÈ
Artinya:
dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak bisa sabar
(tahan) dengan satu macam makanan saja. sebab itu mohonkanlah untuk Kami kepada
Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, Yaitu
sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang
merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai
pengganti yang lebih baik ? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh
apa yang kamu minta". lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan,
serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi) karena mereka
selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi yang memang tidak
dibenarkan. demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan
melampaui batas.
Kemiskinan adalah sumber kemunduran. Islam bahkan telah menjadikan
kemiskinan itu sebagai ancaman dari setan. Allah SWT
berfirman
dalam surat Al Baqarah ayat 268:
ß`»sÜø¤±9$# ãNä.ßÏèt tø)xÿø9$# Nà2ããBù'tur Ïä!$t±ósxÿø9$$Î/ ( ª!$#ur Nä.ßÏèt ZotÏÿøó¨B çm÷ZÏiB WxôÒsùur 3 ª!$#ur ììźur ÒOÎ=tæ ÇËÏÑÈ
Artinya:
syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya
dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.
Menurut Islam, dengan adanya bantuan orang kaya
tersebut, agar orang miskin tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang dapat
merendahkan martabatnya sendiri. Islam sesungguhnya telah menyadari bahwa
terkadang kefakiran (dan kemiskinan) akan menjadikan manusia pada
kekufuran.
5. Solusi Islam Mengurangi Kemiskinan
Untuk itu Islam pun memberikan sumbangsih solusi
penanggulangan kemiskinan dengan dua model:(1) wajib dilakukan dan (2) anjuran.
Adapun yang mesti dilakukan adalah zakat (QS At-Taubah/9: 103), infak wajib
yang sifatnya insidental (QS Al-Baqarah/2: 177), menolong orang miskin sebagai
ganti kewajiban keagamaan, misalnya membayar fidyah (QS Al-Baqarah/2: 184), dan
menolong orang miskin sebagai sanksi terhadap pelanggaran hukum agama (misalnya
membayar kafarat dengan memberi makan orang miskin) (QS Al-Maidah/5: 95).
Sedang yang bersifat anjuran untuk dilakukan adalah sedekah, infak, hadiah, dan
lain-lainnya. Tentu saja semua hal di atas dilakukan bagi orang yang mampu
secara finansial. Namun, bagi yang tidak mampu pun dalam hal itu diwajibkan
juga, yaitu dengan memberikan nasihat, spirit, dan motivasi kepada kalangan
rakyat jelata.
Pada zaman Rasulullah sendiri orang-orang miskin
memperoleh bantuan materi dari kas negara yang ditangani secara profesional[5].
Oleh karena itu sudah sepatutnya pemerintah dan masyarakat (beragama) Indonesia
bersinergi menanggulangi kemiskinan dengan mengoptimalkan sumber-sumber
pendapatan negara dan masyarakat. Lembaga-lembaga yang dikelola oleh kaum
muslim seperti BASIZ, LAZIS, Baznas, dan masih banyak lagi harus didukung
program dan kinerjanya baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Dan dengan
adanya dukungan penuh dari kedua belah pihak maka lembaga-lembaga semacam itu
akan berdaya secara optimal dan profesional.
Islam sesungguhnya sudah sangat jelas memberikan
solusi untuk menangani masalah kemiskinan. Tinggal saat ini bagaimana kita mau
atau sudah melaksanakannya atau tidak. Dalam Hadis Qudsi dikatakan bahwa Allah
sesungguhnya memberikan solusi bagi orang yang konsisten dalam melakukan
sesuatu yang benar meskipun dilakukannya sedikit demi sedikit.
BAB
III
C. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa masalah
kemiskinan hanya dapat diatasi dengan semakin meningkatkan utilitas dari warga
negara (terutama dari kalangan miskin) melalui pembukaan segenap akses yang
diperlukan agar produktifitas mereka semakin meningkat. Hal itu hanya
dimungkinkan jika tersedia fasilitas yang memadai untuk tersedianya komunikasi
interaktif dengan kelompok masyarakat miskin.
Konsep utama yang dikembangkan dalam makalah ini
mengajak untuk menjadikan masalah kemiskinan sebagai masalah yang bersifat
sistemik, yang harus diselesaikan melalui dua pendekatan penting. Pendekatan
pertama adalah memberdayakan orang miskin untuk kemudian menjadi kontributor
penting dalam pertumbuhan ekonomi, dan menjadikan tugas tersebut tugas seluruh
institusi pemerintahan dan bukan kompartemen pemerintahan tertentu saja.
Khususnya pada tugas kolektif untuk memberikan akses pada terbentuknya
forum-forum masyarakat miskin yang difasilitasi oleh pemerintah maupun lembaga
swadaya masyarakat dan memberdayakan forum-forum sejenis yang telah terbentuk.
tugas tersebut tugas seluruh institusi pemerintahan dan bukan kompartemen
pemerintahan tertentu saja. Khususnya pada tugas kolektif untuk memberikan
akses pada terbentuknya forum-forum masyarakat miskin yang difasilitasi oleh
pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat memberdayakan forum-forum sejenis yang telah
terbentuk. Hal itu dapat diwujudkan jika tersedia suatu fasilitas interaksi
komunikasi melalui ketersediaan forum yang memungkinkan adanya akses bagi
masyarakat miskin untuk memperoleh pembelajaran agar dapat meningkatkan
produktifitasnya sesuai dengan kondisi mereka masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf al-Qardhawy, Konsep Islam dalam
Mengentaskan kemiskinan, (Surabaya : Bina Islam, 1996)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar